Ada yang unik di trending Twitter Sabtu malam, 28 Mei 2022. Kata “pororo” masuk ke daftar trending Twitter untuk kawasan Indonesia. Namun, Pororo di sini tidak merujuk pada karakter animasi pinguin dari Korea Selatan, tapi seekor kucing gempal berwarna putih dan krem. Pororo hilang dan membuat jagat Twitter Indonesia heboh.
Kabar hilangnya Pororo disampaikan pemilik Pororo, Cici Chania, di akun TikToknya @cicichania96. Cici menyampaikan bahwa Pororo hilang di sekitar daerah Margahayu, Rancabolang, atau Jalan Jupiter, Kota Bandung. Cici sambil terisak meminta bantuan warganet apabila ada yang menemukan Pororo. Video TikTok Cici tentang hilangnya Pororo itu sudah diputar sebanyak 12,2 juta kali.
Untung Pororo cepat ditemukan. Minggu, 29 Mei 2022, Cici mengunggah video bahwa keberadaan Pororo sudah diketahui. Pororo ditemukan dengan selamat di dalam sebuah bangunan yang seperti pabrik. Dengan kembalinya Pororo pada Cici Chania, drama kucing hilang itu akhirnya menemukan ending yang terbaik. Video TikTok Pororo ditemukan sama ramainya dengan video yang mengabarkan Pororo hilang, yaitu 13 juta kali pemutaran.
Perhatian publik terhadap Pororo begitu besar adalah hal yang unik. Sebenarnya, apa yang membuat Pororo bisa demikian disukai publik?
Keunikan Pororo yang paling mencolok adalah perilakunya yang kalem dan penurut. Sikap itu dipandang warganet sebagai hal yang tidak umum karena kucing dikenal dengan perilaku yang susah diam. Pororo bak kucing ideal. Perawakannya menggemaskan dan sangat penurut dengan si pemilik.
Tidak jarang Pororo memperlihatkan kekalemannya. Di salah satu video, Pororo tampak tenang ketika menjadi model pakaian kucing dan tidak berontak ketika berganti baju beberapa kali. Pororo juga terlihat adem ayem ketika dimandikan Cici.
Social Selling Pororo
Di mana ada keramaian, di situ ada potensi bisnis. Pororo dan Cici Chania menjadi selebritis TikTok dengan engagement tinggi. Situasi tersebut dimanfaatkan dengan baik dengan membuka toko online yang menjual pernak-pernik untuk kucing peliharaan, seperti baju untuk kucing, topi, kalung, kacamata, dan lain sebagainya. Brand pernak-pernik kucing miliknya pun dinamai dengan Pororo.
Cici dan Pororo cukup sering melakukan siaran langsung di TikTok untuk berpromosi. Pororo akan menjadi model yang anteng. Baju kucing yang dijual Cici bisa langsung dipakaikan pada Pororo dengan mulus. Cici juga akan menjelaskan produknya dengan bersemangat dan tidak jarang menciumi Pororo karena gemas.
Pororo memang hanya diam saja, tapi itu cukup untuk menarik minat orang. Live TikTok Cici dan Pororo pun ramai. Tidak hanya ramai di jumlah view, penonton pun memenuhi kolom komentar. Perilaku penonton itu didorong lebih jauh karena Cici yang tidak segan membaca komentar dan menanggapinya secara langsung.
Praktisi Bisnis Rhenald Kasali pernah membahas kasus Pororo di salah satu video Youtubenya. Menurut Rhenald, Cici dan Pororo adalah salah satu kasus social selling. Social selling adalah pemanfaatan media sosial untuk membangun hubungan dengan audiens dan akhirnya bisa digunakan untuk menghasilkan profit.
Rhenald di video menganalisis Pororo memiliki kelebihan yaitu sikapnya yang penurut. Pororo bisa menjadi model pakaian kucing secara langsung, bahkan pakaian Pororo berganti-ganti di tiap video. Selain itu, Cici yang memperlihatkan afeksi pada Pororo bisa membuat penonton semakin gemas dan menyukai video mereka di TikTok.
Dampaknya, video TikTok mereka tidak jarang mendapat jutaan kali pemutaran dan puluhan ribu likes. Video apik itu pun mendorong audiens untuk membelanjakan uang mereka, terutama bagi orang yang memelihara kucing. Toko online Cici di TikTok dan Shopee pun laris. Bahkan, ada salah satu baju kucing yang sudah terjual hingga lebih dari empat ribu potong.
Masuk Jajaran Kucing Terkenal
Pororo bukan satu-satunya kucing terkenal. Kucing dengan mimik cemberut, Grumpy Cat, sudah kondang terlebih dulu setelah fotonya menjadi bahan meme. Grumpy Cat sudah pernah menjamah Hollywood melalui tayangan televisi dan bahkan memiliki filmnya sendiri yang berjudul “Grumpy Cat’s Worst Christmas Ever”.
Pemilik Grumpy Cat, Tabitha Bundesen mengatakan wajahnya memiliki kelainan sehingga menyebabkan mimiknya seperti itu. Grumpy Cat sendiri sudah mati dan BBC menyebutnya sebagai legenda internet berkat meme dengan mimik cemberutnya yang sudah mendunia.
Meskipun sudah mati, Grumpy Cat tetap hidup di sosial media. Akun Instagram Grumpy Cat masih aktif. Unggahan foto-foto Grumpy Cat masih terus dilakukan. Bahkan, Grumpy Cat memiliki proyek NFT-nya sendiri setelah mati.
Ada juga Coby. Coby digadang-gadang sebagai kucing yang paling cantik di dunia. Kucing berjenis British Shorthair ini memiliki bulu seputih salju dan mata biru safir dengan pinggiran mata seperti menggunakan eyeliner. Media sosial lagi-lagi berperan penting membuat nama Coby besar.
Dari video BuzzFeed tentang wawancara dengan pemilik Coby, Rebecca dan John, ketenaran Coby dimulai secara tidak sengaja. Awalnya, Rebecca hanya iseng membuat akun Instagram untuk mengunggah foto Coby. Tak dinyana, akun Instagram Coby, cobythecat, mendapat respon yang begitu bagus. Kini, Coby memiliki 1,9 juta pengikut di Instagram.
Nama besar dan kecantikan Coby membuatnya membintangi beberapa produk. Mulai dari pakan kucing Purina, playlist musik Spotify untuk hewan peliharaan, dan bahkan produk eyeliner KVD Vegan Beauty yang terinspirasi dari bentuk mata Coby.
Pororo, Grumpy Cat, Coby sama-sama terkenal. Ketiga kucing itu menempuh jalan yang sama dalam mencapai ketenaran, yaitu melalui unggahan sosial media yang tidak disengaja. Jelas ketiga kucing ini menguntungkan pemiliknya, karena selain bisa menyalurkan hobi memelihara kucing, hobi ini pun bisa mendatangkan keuntungan. Ngomong-ngomong, sepertinya sebentar lagi akan ada kucing terkenal juga di internet, namanya Jurno.
Namun, ada fenomena yang tidak kalah unik. Kucing adalah salah satu hewan yang menguasai internet, paling tidak jika dibandingkan dengan anjing.
Analisis gizmodo.com menyimpulkan, video kucing memiliki potensi viral lebih tinggi daripada video anjing. Selain itu, kucing bisa lebih mudah menjadi selebriti internet karena perilaku kucing sudah terbentuk dari proses penjinakan dan evolusi selama berabad-abad. Itu menyebabkan munculnya efek yang unik di dalam pikiran manusia yang menonton kucing di internet, yang bisa membuat orang melihat video kucing selama berjam-jam.
Masih dari gizmodo.com, berbeda dengan anjing yang reaktif pada kamera, kucing tidak memedulikan kamera yang diarahkan pada mereka. Karena emosi kucing lebih sukar dibaca, ini membuat manusia memproyeksikan emosinya pada kucing.
Gizmodo.com juga menambahkan faktor geografi sebagai penyebab mengapa kucing bisa lebih populer dibanding anjing atau sebaliknya. Ini dipengaruhi hewan mana yang lebih umum ada di suatu daerah.
Di Indonesia sendiri, dalam perbandingan pencarian di Google Trends selama setahun terakhir kata “kucing” lebih sering dicari dibanding kata “anjing”. Hasil ini wajar mengingat populasi kucing di Indonesia lebih besar dibanding anjing.
Pororo Trending di Twitter
Peristiwa hilangnya Pororo menjadi bahan perbincangan yang ramai di Twitter. Infogram Data Lab mencoba merekam alur percakapan keyword “pororo” dengan Bahasa Indonesia menggunakan mesin pemantau media sosial Socindex. Durasi pemantauan dilakukan selama 28–30 Mei 2022.
Hasilnya, Socindex berhasil merekam ada 44.583 percakapan tentang Pororo yang diunggah oleh 11.769 akun. Percakapan itu meraup 1.492.125 engagement yang berasal dari like, reply, dan retweet. Socindex juga mengestimasi bahwa percakapan bisa lewat di linimasa 26.327.691 akun.
Dilihat dari grafiknya, puncak interaksi berada pada tanggal 28 Mei 2022 yang bertepatan dengan beredarnya kabar bahwa Pororo hilang. Respon warga Twitter memperlihatkan bahwa hilangnya Pororo adalah berita yang mengagetkan. Ada ikatan emosional yang terbentuk pada warga Twitter dengan kucing satu ini.
Tingkat keriuhan melorot sehari setelahnya, atau pada saat Pororo sudah ditemukan. Engagement langsung menurun hingga setengah dan melandai kemudian. Respons ini wajar mengingat peristiwa puncak hilangnya Pororo sudah berlalu. Grafik engagement yang tidak serta merta terjun bebas (389 ribu engagement) ditopang oleh perisitiwa ditemukannya Pororo yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2022.
Menariknya, analisis bot score Socindex menunjukkan bahwa mayoritas percakapan tentang Pororo dilakukan oleh manusia dengan sampel tangkapan sebanyak 8.390 cuitan. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding cyborg di angka 3.507 sampel cuitan dan robot sebanyak 1.051.
Percakapan organik ini dimungkinkan karena hilangnya Pororo tidak masuk dalam kategori isu dengan muatan kepentingan apapun, berkaitan dengan hobi hewan peliharaan, dan memang karena Pororo sudah memiliki banyak penggemar.
Ada emosi publik yang terekam ketika bercuit tentang Pororo. Ekspresi kesedihan ketika mengetahui Pororo hilang. Selain itu, ada pula ekspresi kelegaan setelah mengetahui bahwa Pororo sudah ditemukan.
Pemuncak daftar top tweet tentang berdasarkan jumlah likes adalah cuitan dari akun Si Paling Ijo @Fitri_Greens yang mencapai lebih dari 100 ribu likes. Cuitan itu menyerukan agar publik turut membantu mencari Pororo. Top tweets di bawahnya pun masih memiliki angka likes yang tinggi di atas 50 ribu likes.
Ada yang menarik dari daftar top tweet. Selain mengabarkan update peristiwa hilangnya Pororo, ada cuitan pembelaan untuk Pororo, seperti yang dituliskan oleh akun Nits @nitia_a dan Fidy. @ceritatehfidy.
Munculnya cuitan seperti ini tentu bukan tanpa sebab. Ada tudingan bahwa Cici Chania mengeksploitasi Pororo, salah satunya dari utas dari akun @djamtjoek.
Cuitan @djamtjoek itu tidak begitu saja bisa diterima oleh penggemar Pororo atau kucing pada umumnya. Salah satu alasannya yaitu cuitan tersebut dinilai insenstif karena si pemilik baru kehilangan hewan kesayangannya.
Tidak hanya di Twitter, topik hilangnya Pororo juga diendus media. Mesin pemantau media Newstensity berhasil menangkap 113 artikel yang mengandung keyword “pororo” dalam jangka waktu 27–30 Mei 2022. Cukup ramai untuk pemberitaan seekor kucing yang hilang.
Penutup
Hilangnya Pororo yang menggemparkan media sosial adalah fenomena yang unik. Tidak tiap hari kita bisa menemukan seekor kucing yang bisa merebut hati publik. Bahkan, ketika Pororo menghilang, cukup banyak pihak yang merasakan kesedihan.
Jelas hal itu tidak akan terjadi tanpa adanya media sosial yang berperan besar untuk menyebarkan keunikan Pororo. Dengan social selling di media sosial, Pororo lekat bisa di hati penggemarnya dan mendatangkan keuntungan materi bagi pemiliknya. Pertanyaan tentu muncul apakah peristiwa kucing terkenal seperti Pororo bisa direplikasi? Bisa saja, tapi kemungkinannya sangat kecil. Jadi, jangan terlalu berharap ya.