Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menjadi salah satu lembaga yang banyak disorot media. Setiap gerak-gerik, kebijakan, dan kontroversi dari anggota dewan tidak pernah luput dari perhatian media. Apalagi di tahun-tahun menjelang pemilu, anggota DPR juga memanfaatkan publisitas ini untuk mendongkrak citranya di hadapan publik.
Jangkara merilis laporan publikasi pemberitaan seluruh anggota DPR RI periode 2019-2024 untuk melihat sejauh mana kinerja anggota DPR sebagai wakil rakyat: apakah menyuarakan aspirasi pemilihnya atau sebagai petugas partai. Proses pengumpulan data dilakukan melalui big data Newstensity milik PT Nestara Teknologi Teradata, hasilnya terdapat 2.018.397 berita dari seluruh anggota DPR selama periode 1 Oktober 2019 sampai 30 September 2023. Pemberitaan itu tersebar ke 4.112 media dengan rincian berita yang dipublikasikan oleh 251 media cetak, 3.820 media daring, dan 41 media elektronik seperti televisi dan radio.
Publisitas anggota dewan tidak hanya diekspos media domestik, tercatat ada 36 media internasional yang turut memberitakan beberapa legislator Senayan. Riset ini bertujuan untuk mengukur indeks komunikasi anggota DPR RI di media dan sebanyak apa jumlah publikasi mereka di media.
Para legislator asal Pulau Jawa, tepatnya dari tiga provinsi terbesar yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur keluar menjadi jawara dengan menguasai porsi pemberitaan anggota dewan. Ketiganya secara kumulatif menyumbang 54,34 persen dari pemberitaan seluruh anggota dewan. Capaian ini menempatkan dua legislator asal Jawa Tengah yang diisi Puan Maharani dan Bambang Soesatyo sebagai jawara pemberitaan.
Politisi PDI-Perjuangan, Puan Maharani menjadi legislator yang meraup pemberitaan terbanyak dengan 313.126 berita atau mewakili 15 persen dari seluruh pemberitaan penghuni Senayan. Jumlahnya bahkan hampir lima kali lipat lebih banyak ketimbang Bambang Soesatyo yang mendapat 54.224 berita dan Sufmi Dasco Ahmad, politisi asal Banten yang mengantongi 54.189 berita di posisi ketiga.
Topik pemberitaan Puan Maharani didominasi dengan isu pencapresan dirinya sebagai salah satu kandidat calon presiden dari PDIP meski akhirnya kalah dengan Ganjar Pranowo. Dari berbagai survei yang digelar, nama Puan sempat mencuat sebagai kandidat utama mengingat statusnya sebagai pewaris tahta PDIP dari Megawati Soekarnoputri. Selain isu pencapresan Puan dan PDIP, topik terbanyak dari pemberitaan Puan adalah berbagai kunjungan kerjanya ke daerah-daerah. Berbagai publisitas itu memunculkan 51.257 berita positif untuk Puan, diikuti 253.713 berita netral, dan 8.070 berita negatif.
Raihan berita itu cukup beralasan mengingat posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024, yang didapatnya setelah PDIP menjadi partai pemenang Pemilu 2019 dengan 27,5 juta suara. Jumlah suara itu juga mengantarkan PDIP menjadi penguasa parlemen dengan 128 kursi di Senayan. Menariknya, dari 15 besar anggota dewan, PDIP hanya mengirimkan Puan Maharani sebagai legislator dengan publikasi terbanyak. Sisanya menjadi milik kader Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, PKS, PPP, dan Demokrat.
Newstensity juga memonitor performa publisitas anggota dewan dengan raihan berita paling sedikit. Tercatat, tiga anggota dengan pemberitaan paling minim yaitu Paulus Ubruangge (Papua) dan Harvey Malaiholo (Papua Barat) yang keduanya meraih 21 berita. Kemudian, anggota dengan pemberitaan paling sedikit adalah Zainul Arifin yang berasal dari Nusa Tenggara Barat dengan delapan berita.
Menariknya, dari delapan pemberitaan Zainul Arifin tersebut, hanya dua berita yang berkorelasi dengan kinerjanya sebagai anggota dewan dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Salah satunya adalah upaya Zainul bersama Kementerian Agama mengadakan gerakan 1 juta sertifikat halal yang diberikan kepada UMK secara gratis di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Anggota DPR Paling “Ramai”
Besarnya jumlah pemberitaan menunjukkan seberapa sering seorang legislator masuk ke dalam berita dan mendapatkan publikasi. Baik berita bagus atau berita buruk, keduanya berperan dalam membentuk persepsi publik terhadap persona anggota dewan. Terlepas dari itu, ada instrumen lain yang juga memengaruhi indeks komunikasi anggota dewan. Total statement atau pernyataan dari anggota dewan kepada media juga menjadi tolak ukur yang turut diperhitungkan Jangkara. Pengukuran statement dilakukan dengan menghitung berapa banyak jumlah pernyataan anggota DPR kepada media. Semakin sering dikutip, mengindikasikan anggota dewan itu cukup vokal.
Puan Maharani masih menjadi legislator yang paling banyak memberi pernyataan kepada media. Jumlah pernyataannya mencapai 157.284 statement, empat kali lipat lebih banyak dari Sufmi Dasco Ahmad di posisi kedua dengan 36.867 statement. Tingginya trafik pernyataan Sufmi ke media didapat atas konsekuensi posisinya sebagai Ketua Harian Gerindra. Partai yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden di Pemilu 2024.
Statement Puan yang paling banyak dikutip media adalah saat pencarian calon wakil presiden untuk Ganjar Pranowo. Puan kepada media mengungkapkan cawapres untuk Ganjar sudah mengerucut ke lima nama, dari sebelumnya 10 nama yang masuk pertimbangan sebagai pendamping Ganjar. Salah satunya adalah Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang kini merapat ke kubu Anies Baswedan. Selain Cak Imin, Puan menyebut ada nama Sandiaga Salahudin Uno, Erick Thohir, Andika Perkasa, Agus Harimurti Yudhoyono.
Setali tiga uang dengan total pemberitaan, legislator yang statement-nya paling sedikit dikutip adalah Zainul Arifin dengan satu statement saja selama periode monitoring 01 Oktober 2019 sampai 30 September 2023. Satu-satunya pernyataan itu muncul dalam kasus pencurian tiga ratus meter dan enam unit baruga milik Ahyar Anwar, warga NTB. Kasus ini sempat menghebohkan masyarakat Bima karena menyeret Walikota Bima dan Sekretaris Daerah Bima. Zainul mendukung langkah pelaporan polisi yang dilakukan Ahyar untuk menyelesaikan kasus ini.
Dominasi Topik Seputar Pemilu dan Capres
Masa-masa jelang pemilu membuat narasi pemberitaan media juga bergeser. Dari hasil analisis, topik pemilu dan pencapresan menjadi topik yang paling banyak dibicarakan media dalam pemberitaan anggota dewan. Malahan, dari sebelas komisi di DPR RI, lima diantaranya justru didominasi pemberitaan seputar pemilu dan calon presiden alih-alih topik yang menyinggung ruang lingkup kerja masing-masing komisi.
Begitu juga dengan topik pemberitaan anggota dewan yang masuk jajaran 10 besar. Mayoritas topiknya tidak jauh dari isu pemilu seperti peta koalisi antarpartai politik, kandidat calon presiden dan calon wakil presiden, safari politik tokoh partai, dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pemilu lainnya. Meski demikian, masih ada beberapa anggota dewan yang bukan tokoh atau pimpinan partai dengan porsi pemberitaan lebih banyak berfokus pada kinerja dan isu-isu dari daerah pemilihannya. Anggota dewan asal Kepulauan Riau, Cen Sui Lan misalnya, pemberitaan terkait politisi Golkar ini didominasi oleh topik revitalisasi pascalongsor di Natuna, wilayah yang menjadi daerah asal pemilihannya.
Gaya komunikasi anggota dewan di media bisa menjadi pertimbangan publik untuk menilai kapasitas dan fokus kerja anggota dewan selama menjadi penghuni Senayan. Bagi partai politik, monitoring ini bisa dijadikan tolak ukur untuk mengukur publisitas partai dan kemampuan anggota dewan dalam mencitrakan diri di hadapan media.
Adapun bagi lembaga negara seperti DPR, monitoring ini juga penting untuk mengukur persepsi media dan masyarakat terkait kinerja setiap anggotanya. Sehingga DPR bisa merumuskan program kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Begitu pula pemerintah dan sejumlah perusahaan swasta yang merupakan mitra DPR RI, perlu memonitor untuk memastikan setiap komisi dan anggota dewan bekerja sesuai dengan ruang lingkup kerja masing-masing. Hal ini perlu diperhatikan agar ide-ide legislasi anggota dewan tidak tertutup isu politis.