image
Menu
Account
Cart

No products in the cart.

Hati-Hati! K-Popers Jadi Target Besar Bujuk Rayu Paylater

Artikel ini merupakan tulisan 2 dari serial riset Jangkara Data Lab terkait paylater. Artikel ini pertama kali dipublikasikan pada November 2021, saat paylater mulai mendapatkan popularitasnya di Indonesia.

Metode pembayaran beli sekarang bayar nanti (buy now pay later/BPNL) atau yang biasa disebut paylater sudah tidak asing lagi buat masyarakat Indonesia. Mulai dari membeli makanan hingga perabotan semua bisa menggunakan cara ini selama limit kredit yang diberikan oleh penyedia jasa pembiayaan mencukupi.

Riset Katadata Insight Center dan Kredivo menunjukkan jumlah pengguna paylater meningkat sebanyak 55 persen di tahun 2020. Pada tahun yang sama, sebanyak 27 persen transaksi pembayaran di e-commerce menggunakan paylater. Paylater memang sudah diprediksi bakal naik daun pada tahun 2021. Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain Company dalam e-Conomy SEA 2021 dari 170 juta pengguna internet di Indonesia, 80 persen di antaranya pernah melakukan pembelian online. Besar kemungkinan, paylater kian dipilih sebagai metode pembayaran.

Bukan hal yang mengherankan jika banyak orang yang tertarik menggunakan paylater. Beberapa alasannya antara lain, pengajuan lebih mudah dibandingkan kartu kredit, tidak menggunakan jaminan, transaksi pembelian lewat e-commerce atau marketplace relatif gampang, bunga yang ditetapkan tidak terlalu tinggi, pilihan jangka waktu pembayaran cicilan yang bervariasi, dan banyak promo serta potongan harga yang didapat.

Tak hanya masyarakat yang gandrung dengan paylater, pemain perbankan besar juga berlomba-lomba membidik ceruk bisnis ini. Ada bank yang berkolaborasi dengan pemain paylater lama, namun ada juga yang mengembangkan bisnisnya sendiri. BNI misalnya menggandeng Traveloka dengan portfolio pembiayaan hingga Rp 47 triliun per Juli 2021. Sementara bank BUMN lainnya, Bank Mandiri, tengah mempersiapkan Mandiri Paylater yang akan dirilis pada kuartal akhir 2021.

Meski demikian, risiko non performing loan/NPL atau kredit macet diingatkan oleh Pefindo. Pemberi pinjaman diperingatkan untuk berhati-hati meloloskan pengajuan pinjaman. Pinjaman instan dinilai kerap mengabaikan pengecekan rekam jejak peminjam. BNI mencatat NPL atas pembiayaan Traveloka Paylater per Juli 2021 berkisar 3,8 persen. Namun NPL tersebut ditutup oleh asuransi kredit, sehingga risiko dinilai bisa dikendalikan. CEO dari QM Financial, Lidwina Hananto, pernah menyinggung bahwa banyak orang Indonesia yang ketika hutang seakan lupa bahwa itu adalah kewajiban yang harus dibayar.

Namun, bagaimana sebenarnya dampak paylater ini terhadap pola konsumsi masyarakat? Salah satu dampak yang paling kentara adalah implusive buying atau belanja dadakan. Konsumen yang awalnya tidak ingin membeli apa-apa di marketplace, kemudian check out keranjang virtual karena ada paylater untuk membayar. Bahkan terkadang ada yang mengabaikan bagaimana cara membayar paylater yang sudah digunakan.

Riset yang dilakukan oleh Rahmatika Sari dari Politeknik Negeri Bandung menunjukkan paylater memang memicu perilaku impulsive buying. Pada objek penelitiannya, perilaku impulsive buying muncul pada 6,3 persen dari total 404 responden.

Pelaku bisnis paylater sedianya tahu hal ini. Gopay misalnya mengajak peminjamnya untuk menggunakan paylater secara berkesadaran dan tidak kalap.

Dari riset digital yang saya lakukan, penggemar K-Pop menjadi kelompok yang paling rentan dengan paparan bujuk rayu paylater. Sebelumnya, banyak tulisan di Medium Binokular ini yang pernah mengulas tentang bagaimana penggemar K-Pop atau K-Popers menjadi target marketing untuk produk-produk yang terkait dengan idolanya. Namun tidak semua K-Popers kaya raya, ada juga yang biasa-biasa saja. Bagi yang pas-pasan dompetnya, paylater muncul sebagai “bantuan” untuk bisa mendapatkan merchandise sang idola lebih cepat dari bayangan. Ulasan selengkapnya ada di bawah.

Percakapan Paylater di Twitter

Untuk mengetahui bagaimana publik membicarakan paylater, saya menggunakan alat monitoring media sosial milik Binokular, Socindex. Dengan menanam kata kunci “paylater”, pada periode 1–31 Oktober 2021 terekam 1.680 cuitan asli, 8.072 likes, dan 6.995 talks (reply+retweet). Topik ini melibatkan 15.067 users.

Grafik 1. Statistik Isu Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Socindex)

Selanjutnya, saya menjaring 4.749 cuitan asli + reply yang membicarakan tentang paylater. Hasilnya sebanyak 96 persen cuitan membahas tentang penggunaan paylater, 2 persen adalah cuitan tentang berita atau artikel mengenai paylater.

Grafik 2. Cuitan tentang Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)

Selanjutnya, sebanyak 93 persen cuitan dengan 80 persen akun menunjukkan penggunaan paylater. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menggunakan (6 persen cuitan, 18 persen akun), dan yang tertarik menggunakan (1 persen cuitan, 2 persen akun).

Grafik 3. Total Cuitan tentang Penggunaan Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)
Grafik 4. Total Akun tentang Penggunaan Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)

Meski berhutang memiliki kesan negatif, tapi nyatanya memang banyak orang yang menggunakan fasilitas paylater. Dari cuitan-cuitan diindikasi alasan tertinggi adalah untuk berjualan online (3.287 tweet) dan bisa mendapatkan barang yang diinginkan lebih cepat (260 tweet).

Grafik 5. Top 10 Topik Cuitan Penggunaan Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)

Aktivitas bisnis online memang kencang dilakukan di Twitter. Cuitan terkait bisnis merujuk pada penawaran produk dan jasa. Jasa terbanyak yang ditawarkan adalah konversi dana digital (gesek tunai/gestun) dari paylater menjadi cash yang bisa ditransfer ke rekening pemesan sebanyak 2.032 tweet.

Gambar 1. Contoh bisnis Gestun (Sumber: Twitter)

Bisnis terbanyak kedua adalah penawaran produk yang bisa dibeli dengan menggunakan paylater sebanyak 1.255 tweet. Produk yang paling banyak ditawarkan hingga 99 persen adalah merchandise K-Pop mulai dari album, tote bag, foto polaroid idol group, hingga jasa online fan meeting. Idol group yang paling banyak disebut antara lain BTS, NCT, Enhypen, Aespa, Itzy, Mino dan Yoon dari Winner, dan lain sebagainya.

Grafik 6. Jenis Produk yang Tawarkan Pembayaran Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)
Gambar 2. Contoh bisnis penjualan merchandise K-pop dengan metode bayar Paylater (Sumber: Twitter)

Top author dalam topik ini memang dipenuhi oleh akun-akun yang menawarkan jasa. Dalam jajaran Top 5, sebanyak 3 akun adalah penawar jasa gestun dan 2 akun adalah penjual merchandise K-pop yang menawarkan metode bayar paylater.

Grafik 7. Top Author Isu Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Socindex)

Sementara itu, bagi mereka yang tidak pakai paylater mengungkapkan keengganan untuk memiliki hutang (157 tweet). Ada juga non pengguna yang sinis pada pengguna paylater dengan menyebut mereka bersenang-senang namun berhutang (24 tweet). Selain itu, ada juga yang belum menggunakan paylater karena belum paham caranya (20 tweet).

Grafik 8. Top 10 Topik Cuitan Non Penggunaan Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)

Di sisi lain, dalam percakapan mengenai isu paylater ini, nama marketplace maupun perusahaan pembiayaan paylater tentu tidak luput disebut. Pada bulan Oktober, entitas yang paling sering disebut adalah Shopee/Shopeepay/Shopeepay Later (2.984 tweet), disusul oleh Gopay/Gojek/Gopay Paylater (2.075 tweet), Kredivo (481 tweet), dan Akulaku (347 tweet). Grafik ini menunjukkan Shopee Paylater dan Gopay Paylater paling populer di kalangan pengguna Twitter.

Grafik 9. Top Entitas dalam Isu Paylater di Twitter Periode 1–31 Oktober 2021 (Sumber: Olah Data Socindex)

Epilog

Keberadaan paylater memang disambut seperti arah mata angin yang menunjuk banyak tempat. Ada yang mendukung, ada yang menolak, ada yang menghindar, ada yang ingin namun ragu, ada yang belum tahu, dan lain sebagainya. Namun perkembangan ekonomi digital yang kian pesat memang membuat kita tidak bisa lepas dari eksposur godaan paylater. Harapannya, para masyarakat bisa secara sadar menggunakannya dan tidak gelap mata saat berbelanja. Terutama untuk para anak-anak muda yang belum punya pemasukan, jangan sekali-sekali tergoda, dan berujung bingung bagaimana membayarnya.

Artikel terkait: Kisah Paylater yang Semakin Populer